Rupiah pada Kamis (6/10/2022) pagi melemah tujuh poin atau 0,05 persen ke posisi Rp15 200 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.193 per dolar AS. Hal tersebut dikarenakan Federal Reserve (The Fed) akan mulai untuk menahan kenaikan suku bunga.
Namun, masih ada peluang untuk rupiah menguat terhadap dolar pada hari ini.
“Hari ini rupiah akan bergerak pada kisaran level Rp15.150 per dolar AS hingga Rp15.220 per dolar AS,” ujar Ariston Tjendra, pengamat pasar uang saat dihubungi Antara, Kamis pagi.
Pada Rabu (5/10/2022) kemarin, rupiah ditutup menguat 55 poin atau 0,36 persen ke posisi Rp15.193 per dolar AS dibanding dengan posisi penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp15.248 per dolar AS.
“Dari dalam negeri, kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi karena inflasi dan suku bunga tinggi, masih bisa menahan penguatan rupiah terhadap dolar AS. Penguatan rupiah tersebut ditopang oleh konsolidasi dolar A karena ekspektasi The Fed bakal mulai menahan kenaikan suku bunganya akibat perlambatan yang mulai terjadi di perekonomian AS,” jelas Ariston.
Dijelaskan juga beberapa waktu lalu data aktivitas manufaktur AS bulan September menunjukkan penurunan Indeks manufaktur AS yang dilaporkan oleh Institute for Supply Management, turun menjadi 50,9, lebih rendah dari estimasi 52,2 dan periode sebelumnya di level 52,8.
“Tapi di sisi lain, ekspektasi di atas bisa berbalik karena beberapa data ekonomi juga menunjukkan pertumbuhan, seperti data tenaga kerja versi pihak swasta ADP, dan data survei aktivitas sektor jasa bulan September yang dirilis semalam,” tutup Ariston.
Sebagai informasi, data ADP Non-Farm Employment Change AS pada September mencapai 208 ribu, lebih tinggi dibandingkan estimasi 200 ribu. Sedangkan data ISM Services PMI AS mencapai 56,7, lebih tinggi dari estimasi 56.
Sementara dalam pekan ini, pasar masih menunggu data tenaga kerja AS versi pemerintah yang akan dirilis pada Jumat (7/10/2022) mendatang. (ant/rum/bil)